2007-08-17

Milyuner di Antara Kita


Milyuner di Antara Kita

" Mana milyunernya? Mereka semua tidak ada yang terlihat seperti milyuner!" demikian komentar seorang vice president lembaga keuangan menanggapi sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian tentang para milyuner. Betul, mereka memang tampak seperti orang biasa, berbaju biasa, memakan makanan biasa, bersikap seperti orang biasa. Sama sekali tidak tampak seperti gambaran milyuner yang sering muncul di televisi. Namun bila diteliti lebih lanjut, mereka adalah orang-orang yang sangat sukses di bidang masing-masing, dengan kekayaan bersih minimal di atas 1 juta dolar, setara di atas 10 milyar rupiah.

Banyak penelitian tentang para milyuner menunjukkan bahwa penampilan mereka jauh dari gambaran televisi. Televisi lebih banyak menggambarkan penampilan selebritis, yang dipandang umum sebagai penampilan milyuner. Kenyataannya, para milyuner datang dari berbagai kalangan, kontraktor las, penjual barang bekas, petani, pembasmi hama, hingga penjual koin. Kebanyakan mereka hidup relatif sederhana dibandingkan dengan jumlah kekayaannya. Mobil mereka seperti rata-rata milik orang kebanyakan, bukan model terbaru. Rumah mereka berada di perumahan orang kebanyakan. Mereka juga bergaul dengan orang kebanyakan. Sebagian besar dari mereka tidak suka tampil di depan publik. Namun yang jelas, mereka mempunyai satu kesamaan : sangat merdeka secara finansial. Cerita tentang para milyuner tersebut merupakan hasil survey penelitian tentang para milyuner di Amerika, yang dibukukan secara bagus oleh Dr. Stanley dalam karyanya The Millionaire Next Door.

Menjadi milyuner memang hanya salah satu ukuran keberhasilan seseorang. Masih banyak ukuran-ukuran pencapaian keberhasilan yang lain. Ada pencapaian keberhasilan dalam bidang politik, pelayanan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, militer, dan lain sebagainya. Menjadi milyuner, yaitu suatu prestasi dalam finansial, menjadi ukuran sukses yang sangat mudah dipahami karena setiap orang tidak terlepas dari masalah finansial ini. Setiap orang dapat merasakan bahwa menjadi milyuner adalah sebuah pencapaian prestasi yang hebat. Uniknya, mereka yang mencapai sukses dalam hal finansial, seringkali memiliki kehidupan yang juga sehat di bidang lainnya. Hampir semuanya adalah pasangan yang awet puluhan tahun dalam kehidupan berkeluarga. Mereka juga aktif dalam kegiatan amal dan bermasyarakat. Mereka mempunyai anak-anak yang disiplin, berprestasi, bebas narkoba. Mereka memiliki kemerdekaan finansial, yang juga membantu mereka untuk berprestasi sama baiknya di banyak bidang non finansial.

Sukses dapat diprediksi! Seperti halnya bila Anda mau menuju ke suatu tempat, asalkan telah memilih arah yang benar, maka apakah ditempuh dengan merangkak, jalan kaki, atau berkendaraan, pasti suatu ketika akan sampai di tempat tujuan. Hanya masalah waktu yang membedakan. Sukses adalah buah dari perilaku, karena itu bila kita mempunyai perilaku orang sukses, pasti suatu saat menjadi sukses pula.. Perilaku adalah buah dari kebiasan. Kebiasaan dimulai dari sikap. Sikap dipengaruhi oleh keyakinan. Dan keyakinan dipengaruhi oleh pengetahuan. Jadi, awalnya adalah pengetahuan. Setiap hari, pengetahuan beredar secara berlimpah ruah di sekeliling kita. Kemampuan menangkap pengetahuan, merasakannya, menghayatinya, dan menjadikannya sebagai aksi untuk meraih tujuan, sangat dipengaruhi oleh kecerdasan.

Para milyuner seperti telah diduga, memiliki kecerdasan yang cukup baik. Lebih penting lagi, mereka memiliki kecerdasan yang berimbang. Mereka rata-rata bersekolah dengan baik. Kalaupun putus sekolah, itu dikarenakan kondisi ekonomi keluarga, bukan karena mereka tidak cerdas. Jadi para milyuner ini memiliki kecerdasan intelektual, IQ, yang baik. Mereka juga adalah orang-orang yang tangguh, ulet, sabar, mampu mengendalikan diri, bermasyarakat dengan baik, memiliki keluarga harmonis, dan berbagai hal lain yang menjadi bukti bahwa mereka memiliki kecerdasan emosional, EQ, yang baik. Semua dari mereka juga setuju bahwa kehidupan spiritual, pelayanan, dan sedekah adalah hal yang sangat penting. Kebanyakan dari mereka menyumbangkan penghasilan 10 persen atau lebih dari pendapatan kotor. Mereka meyakini Tuhan sebagai sumber pemberi rizki, sebagai pendamping yang tidak kelihatan, atau sering diistilahkan sebagai "silent partner". Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kecerdasan spiritual, SQ yang sangat baik.

Yang menarik adalah, para milyuner ternyata memiliki lebih dari sekedar IQ, EQ, SQ!

Studi terhadap para milyuner dan orang-orang yang sangat sukses menujukkan bahwa mereka memiliki ciri-ciri lain yang menonjol. Pertama, mereka mempunyai mimpi yang besar, tujuan yang jelas, dan teguh memegang mimpinya tersebut. Kedua, mereka tidak bekerja sendirian, mereka mampu memanfaatkan kekuatan yang ada di dalam dirinya maupun di sekeliling dirinya. Jadi, mereka mengembangkan dua kecerdasan lainnya sebagai pelengkap dari IQ-EQ-SQ. Mereka mengembangkan kecerdasan yang disebut Kecerdasan Aspirasi (Aspiration Intelligence), dan Kecerdasan Kekuatan (Power Intelligence). Inilah yang menjadi rahasia para milyuner dan orang-orang sukses, mereka secara simultan mengembangkan lima kecerdasan dengan seimbang!

Sumber: http://sepia.blogsome.com

Ingin Panjang Umur, Berpikir Positiflah


Ingin Panjang Umur, Berpikir Positiflah

Tahukah Anda, optimisme bisa menurunkan resiko kematian akibat sakit jantung. Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan, Kamis (2/3), menyebutkan bahwa berpikir positif dan optimis baik untuk kesehatan jantung.

Mereka yang paling optimis diantara satu kelompok pria berjumlah 545 berkebangsaan Belanda dengan kisaran umur antara 64 hingga 84 tahun, secara rata-rata memiliki risiko 50 persen lebih rendah untuk terkena serangan jantung selama lima belas tahun demikian hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal kedokteran Archives of Internal Medicine edisi pekan ini.

Penelitian sebelumnya menyebutkan rasa optimisme bisa mendorong atau membuat perubahan kondisi kesehatan seseorang secara menyeluruh dan menurunkan risiko kematian yang diakibatkan oleh berbagai jenis penyakit.

Berpandangan positif juga bisa membantu pasien yang menderita sakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah arteri.

Penelitian tersebut mengukur optimisme para pasien yang dilibatkan dalam pengamatan ilmiah dengan mencatat perilaku kehidupan mereka, antara lain melihat reaksi mereka atas suatu pernyataan misalnya "Saya tidak terlalu berharap dengan apa yang akan terjadi dengan saya dalam masa-masa mendatang".

Selain itu juga kalimat seperti "Hari-hari saya lewat dengan lambat," atau "Saya punya begitu banyak rencana."

"Rasa optimis dapat dilihat dan diukur perkirakan secara mudah dan umumnya stabil untuk jangka yang cukup panjang," walapun dapat menurun dengan bertambahnya usia," kata Erik Giltay ketua tim peneliti di Lembaga kesehatan mental di Delft, Belanda.

Pada skala nol sampai tiga dengan angka tiga diberikan bagi mereka yang memiliki optimisme paling tinggi maka angka rata-rata yang dihasilkan dalam penelitian tersebut sebesar 1,5 dari kurun waktu 1985 dan rata-rata 1,3 pada tahun 2000.

Angka tertinggi umumnya terkait dengan usia muda, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, hidup dengan seseorang, kondisi kesehatan yang lebih baik dan lebih banyak melakukan altivitas fisik.

"Masih belum bisa dipastikan apakah campur tangan pihak luar yang bisa memperbaiki tingkat optimisme seseorang pada usia yang lebih tua dan bisa mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung," katanya. (rtr/rit)

sumber: kapanlagi.com

Tujuh Kiat Sukses


Tujuh Kiat Sukses

Orang sukses adalah orang yang terus mencoba, meskipun telah mengalami banyak kegagalan. Ia memandang kehidupan sebagai peluang untuk mencapai kesuksesan. Itulah kira-kira kesimpulan dari penelitian selama 40 tahun terhadap orang-orang sukses. Yang dicoba ditemukan dari mereka adalah bagaimana dan mengapa mereka tergerak untuk menjadi teratas di bidang masing-masing, dari olah raga, pendidikan, hingga pasar modal.

Apa sebenarnya yang mereka ketahui dan lakukan untuk menjadi sukses? Berikut ada tujuh hal yang dilakukan mereka dalam meraih sukses:

1. Orang sukses mau mengambil risiko. Mereka berupaya untuk mencapai target, melakukan penghematan, membangun relasi dengan banyak orang, dan gesit mencoba sesuatu yang baru guna mengikuti perkembangan zaman. David C. McClelland, seorang guru besar yang mendalami perjalanan orang-orang sukses serta telah melakukan perjalanan ke banyak negara dan melatih pengusaha kecil, menyatakan cara menjadi pengusaha kecil sukses adalah dengan menjadi pengambil risiko moderat; yang mau terus mengambil risiko untuk meraih sukses.

2. Orang sukses percaya diri dan merasakan bahwa mereka berbuat sesuatu untuk dunia. Mereka memandang sebuah dunia yang besar dan ingin memainkan peranan penting di dalamnya. Mereka tetap bekerja sesuai keterampilan mereka, sambil tetap menyadari bahwa keterampilan inti memberi nilai kepada keterampilan lainnya. Mereka juga sadar, karya terbaik akan menghasilkan kompensasi bagi mereka.

3. Orang sukses menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Mereka mampu melihat pekerjaan sebagai kesenangan; mereka memilih bekerja di mana mereka dapat unggul. Orang sukses menyukai tantangan; mereka menikmati pencapaian puncak permainan mereka, apakah di pekerjaan, lapangan tenis atau lapangan golf.

4. Orang sukses adalah pelajar seumur hidup. Mereka menyadari, pendidikan tak pernah berakhir tapi dimulai di setiap tingkatan kehidupan dan terus berlanjut hingga akhir kehidupan. Pendidikan tidak terbatas di ruang kelas; artinya mencoba ide baru, membaca buku, surat kabar, majalah, dan menggunakan Internet merupakan bentuk pendidikan pula. Karena itu, tetaplah mengalir sesuai perubahan ketertarikan dan kemampuan Anda, dan nikmati perubahan. Ini akan membantu Anda tumbuh dan merasakan lebih percaya diri.

5. Orang sukses berpandangan positif terhadap apa yang dapat mereka kerjakan, dan ini meluas pada hal-hal lain. Mereka percaya gelas itu setengah penuh dan bukan setengah kosong. Mereka menanamkan semangat pada diri sendiri dan dapat membayangkan diri bagaimana mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas sulit atau mencapai penghargaan tertinggi. Orang sukses berbuat bagaikan pelatih bagi orang lain, dengan menyuguhkan pesan-pesan positif dalam kehidupan sehari-hari. Mereka senang melihat orang lain membuat tonggak sejarah dalam kehidupan mereka.

6. Orang sukses punya banyak cara untuk memotivasi diri sendiri sehingga dapat terus berkarya lebih baik dari yang lain. Ada yang dengan cara melakukan beberapa pekerjaan setiap hari pada bidang berbeda. Seorang pria setengah baya memotivasi dirinya sendiri dengan mencoba mendapatkan lebih banyak uang daripada kakaknya. Seorang wanita berusia 29 tahun menjadi perawat top untuk menunjukkan kepada bekas gurunya bahwa dia memiliki keterampilan dan kecerdasan memadai untuk mencapai profesi itu.

7. Orang sukses menyelesaikan tugas tidak dengan setengah-setengah, dan mereka menggunakan cara kreatif dalam meraih sukses. Meski mungkin membutuhkan waktu lebih lama, mereka akhirnya melampaui garis finis. Mereka manfaatkan waktu dengan baik dalam mensinergikan kemampuan fisik dan mental untuk mencapai sukses.

Rasanya, Anda bisa juga mencoba. Siapa tahu Anda pun mampu mengikuti jejak mereka. (WWM/William J. Bond/Gde)

2007-08-06

Mengapa Perlu Optimis


Mengapa Perlu Optimis ?

Di tengah keterpurukan Indonesia, masih sehatkah untuk bersikap optimis, saat semua media dan koran-koran memblow-up keterpurukan tersebut demi rating. Sebuah tulisan dibawah ini menjelaskan mengapa perlu optimis.

Mengapa optimisme diperlukan?

Apakah Anda seorang yang optimis dalam menghadapi bulan-bulan ke depan di tahun ini? Tunggu dulu. Kita orang optimis atau pesimis tidak penting diutarakan secara verbal di hadapan orang lain. Kitalah orang yang paling tahu apakah kita seorang yang optimis atau pesimis. Tingkat ke-optimis-an dan ke-pesimis-an kita tidak bisa diukur dengan ucapan mulut. Mulut kita memang bisa saja mengatakan kita ini orang optimis. Meski begitu, jika yang kita praktekkan sehari-hari justru bertentangan dengan kaidah-kaidah optimisme, maka kita bukanlah orang yang optimis.

Optimisme memiliki dua pengertian.

Pertama, optimisme adalah doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini adanya kehidupan yang lebih bagus buat kita (punya harapan).

Kedua, optimisme berarti kecenderungan batin untuk merencanakan aksi, peristiwa atau hasil yang lebih bagus. Kalau dipendekkan, optimis berarti kita meyakini adanya kehidupan yang lebih bagus dan keyakinan itu kita GUNAKAN untuk menjalankan aksi yang lebih bagus guna meraih hasil yang lebih bagus.

Optimisme seperti itu dalam prakteknya sangat diperlukan. Ini antara lain dengan alasan-alasan:

Pertama, energi positif (dorongan). Kalau bicara harapan sebatas harapan (baca: harapan mulut), tentunya kita sudah tahu kalau harapan itu tidak bisa mengubah apa-apa. Lalu untuk apa kita membutuhkan harapan (optimisme)? Ini untuk mengeluarkan energi positif. Untuk menciptakan langkah dan hasil yang lebih bagus dibutuhkan harapan yang lebih bagus agar energinya lebih bagus. Memiliki harapan yang lebih bagus akan memunculkan energi dorongan yang lebih bagus.

Sekarang, coba kita bayangkan apa yang akan kita rasakan seandainya kita sudah tidak memiliki harapan adanya kehidupan yang lebih bagus di masa datang? Kemungkinan yang paling dekat adalah kita tidak terdorong untuk melakukan sesuatu yang lebih bagus, terasa hambar, terasa biasa-biasa saja. Kehidupan yang lebih bagus memang tidak bisa diwujudkan dengan hanya harapan, namun untuk meraihnya dibutuhkan harapan yang bagus. Karena itu ada yang mengatakan, selama harapan itu masih ada berarti kehidupan kita masih ada. Collin Powell sendiri mengakui: "Optimism is a force multiplier.

Kedua, perlawanan. Tingkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau hambatan yang dihadapinya juga terkait dengan tingkat keoptimisannya. Orang dengan optimisme yang kuat biasanya punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah atau hambatan. Sebaliknya, orang dengan optimisme rendah (pesimis), biasanya punya tingkat perlawanan yang lebih rendah, cenderung lebih mudah pasrah pada realitas atau keadaan ketimbang memperjuangkannya.

Secara agak lebih ekstrim sedikit, kita bisa membagi manusia dalam menghadapi masalah / hambatan itu menjadi tiga kelompok, seperti yang ditulis Less Brown dalam "Learn To Be Winner" (Top Achievement: 2000]. Ketiga kelompok itu adalah the winner (pemenang), the loser (pecundang) dan the potential winner (calon pemenang). Menurut Kevin Costner, yang disebut pemenang itu adalah orang yang jatuh, gagal dan kurang, tetapi pada akhirnya menang karena pendirian, keyakinan dan komitmen yang dipegangnya dengan teguh untuk mencapai impiannya."

Apa yang membuat seseorang menjadi pemenang dan pecundang? Tentu banyak faktor yang terlibat. Tapi kalau mau melihat kondisi faktor internal, tentu peranan harapan atau optimisme tidak bisa dielakkan. Kalau mau pakai pedoman pendapat Greg Phillip (The ultimate potential: 2004), faktor internal yang terlibat itu adalah: a) harapan, b) keyakinan, c) kontrol-diri, dan d) sikap mental.

Ketiga, sistem pendukung. Harapan optimisme juga berfungsi sebagai sistem pendukung. Kalau kita menginginkan keberhasilan, lalu kita berpikir berhasil, punya kemauan untuk berhasil, punya sikap yang dibutuhkan untuk berhasil dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk keberhasilan itu, maka logikanya kita pasti berhasil. Soal kapannya itu urusan lain.

Yang menjadi masalah buat kita adalah kita menginginkan keberhasilan tetapi kita malas-malas (tidak punya kemauan), punya sikap yang tidak mendukung, berpikir negatif, harapannya pesimis, dan lebih sering tidak melakukan hal-hal yang kita butuhkan untuk berhasil. Ibarat mesin, jika yang aktif hanya satu sistem, sementara sistem yang lain mati atau bekerja untuk hal-hal yang tidak kita inginkan, maka operasi sistem itu kurang optimal.

Intinya, harapan di sini bukan tujuan, apalagi tempat bergantung. Kita tidak boleh menggantungkan harapan pada harapan itu, melainkan pada usaha. Harapan di sini adalah metode atau jalan agar kita bisa mengeluarkan energi positif, bisa mengatasi masalah secara positif sepositif harapan kita dan bisa memiliki mesin prestasi yang seluruh sistemnya bergerak secara positif.

Sebuah temuan mengungkap bahwa orang yang memiliki harapan optimis, umumnya memiliki kualitas di dalam diri yang antara lain:

  • Punya fokus langkah yang selektif, punya sasaran usaha yang jelas
  • Bisa menerima fakta hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh atau memprotes
  • Memiliki bentuk keyakinan yang membangkitkan
  • Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan
  • Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan
  • Punya kemampuan dalam menggunakan akal sehatnya dalam menghadapi tantangan hidup
  • Punya kemampuan untuk menjalankan agenda perbaikan diri secara terus menerus
  • Punya penghayatan yang bagus terhadap praktek hidup yang dijalankan sehingga bisa membedakan praktek yang salah dan praktek yang benar; praktek yang tepat dan praktek yang menyimpang
  • Punya kepercayaan yang bagus terhadap kemampuannya
  • Punya perasaan yang bagus terhadap dirinya

Apa yang perlu dihindari dalam berharap?

Meski untuk berharap itu tidak ada peraturannya, namun berdasarkan pengalaman dan kebiasaan, ada beberapa hal yang akan lebih bagus kalau dihindari. Beberapa hal itu antara lain:

Pertama, harapan mulut (wish). Seperti apa harapan mulut itu? Kalau kita berharap adanya hari esok yang lebih bagus, namun itu hanya kita gunakan dalam ucapan atau tulisan, tanpa diiringi dengan tujuan, perencanaan, strategi, tehnik dan pelaksanaannya (aksi), ya ini namanya harapan mulut. Biasanya, harapan seperti ini tidak mengubah apa-apa. Harapan seperti ini sama seperti fantasi atau keinginan-keinginan yang sifatnya masih umu.

Para pakar pengembangan diri umumnya membedakan antara "wish" dengan "goal" (tujuan atau keinginan yang jelas). Katanya, orang lemah biasanya hanya punya wish; sementara orang kuat biasanya memiliki goal. Goal adalah keinginan dengan sasaran yang jelas dan jelas-jelas kita usahakan. Sekedar punya wish dalam pengertian seperti ini, tentu semua orang bisa. Sayangnya, praktek hidup ini tidak peduli dengan berbagai wish yang kita ucapkan.

Kedua, terlalu berharap (over-expectation). "Jangan terlalu berharap nanti kecewa sendiri", itu pesan yang sering kita dengar. Memang ini tidak pasti tetapi biasanya begitu. Terlalu berharap itu berbeda dengan memiliki harapan yang kuat (optimis). Harapan yang kuat berujung pada aksi atau usaha yang kuat. Seperti yang sudah kita bahas, optimisme itu artinya kita menciptakan keyakinan dan menggunakannya dalam bertindak. Sementara, terlalu berharap biasanya hanya berhenti pada mengharap, untuk mengharap dan selalu mengharap. Ada pepatah yang berpesan begini: "Jika kau mengharapkan sesuatu, jangan terlalu mengharapkannya." Bahkan Samuel Somarset mengamati bahwa terlalu mengharapkan sesuatu kerapkali malah mengundang datangnya sesuatu yang tidak kita harapkan. Inilah anehnya hidup itu.

Ketiga, berharap dengan setengah takut (ragu-ragu). Biasanya, harapan seperti ini lahir dari ketidaktahuan kita secara akurat. Jika kita mengharapkan hari esok yang lebih bagus, namun kita tidak tahu apa alasan kita berharap seperti itu, ya mau tidak mau harapan kita tidak steril. Harapan kita masih bercampur dengan ketakutan dan keragu-raguan. Seperti kata Coach Bear Bryant, yang membedakan orang per-orang itu bukan harapannya pada keberhasilan, tetapi persiapannya. Semua orang mengharapkan keberhasilan, tetapi hanya orang yang punya persiapan matang yang berpeluang untuk berhasil.

Keempat, menggantungkan harapan pada kenyataan.Kalau kita hari ini punya harapan cerah karena sehabis terima bonus tahunan, kemudian bulan depan kita berharap lesu karena tidak ada bonus, ini namanya menggantungkan harapan pada kenyataan. Artinya, kita men-set harapan itu sesuai dengan kenyataan-sementara yang kita hadapi.

Pada ukuran yang wajar, bisalah kita sebut ini kelemahan-manusiawi yang wajar. Dibilang tidak bagus memang tidak bagus tetapi ini dimiliki oleh semua manusia. Nah, agar kewajaran ini tidak membuahkan kerugian atau kefatalan, maka kita diajarkan untuk menggantungkan harapan pada Tuhan(iman), bukan pada realitas. Artinya, kita perlu belajar menemukan alasan yang kuat untuk bisa memiliki harapan optimisme, terlepas realitas-sementara yang kita hadapi. Seperti pesan Einstein, orang optimis bisa melihat sinar di ujung kegelapan; bisa melihat tanda-tanda peluang di balik kesulitan.

Kelima, mempertentangkan harapan dan kenyataan. Apa yang membuat orang stress berkepanjangan? Apa yang membuat orang terkena konflik-diri terlalu lama? Salah satunya adalah kurang bisa me-manage gap antara harapan dan kenyataan. Orang yang bisa me-manage, biasanya menjadikan kenyataan sebagai dorongan untuk mewujudkan harapannya. Mereka bisa menggunakan ketidakpuasan sebagai dorongan untuk menciptakan perubahan. Banyak kan orang yang akhirnya mendapatkan "berkah" dari kenyataan buruk yang dihadapinya?

Sebaliknya, orang yang belum bisa me-manage, kerapkali menjadikan kenyataan ini sebagai killer harapannya. Mereka menjadikan kenyataan sebagai penyubur apatisme dan pesimisme. Meski sama-sama menghadapi kenyataan yang sama, namun karena sikap mentalnya berbeda, ya akan berbeda hasilnya. Tidak sedikit kan orang yang selalu menuding kenyataan dan menjadikan kenyataan itu sebagai dalil pembenar untuk hopeless?

Bagaimana menciptakan harapan yang optimis?

Harapan optimistik berbeda dengan harapan pesimistik. Bedanya dimana? Bedanya adalah, yang pertama harus diciptakan, sedangkan yang kedua tidak usah diciptakan. Pertanyaannya adalah, bagaimana menciptakan harapan optimistik itu? Di bawah ini ada beberapa pilihan yang bisa kita jadikan acuan:

Pertama, memiliki tujuan atau sasaran aktivitas yang jelas. Apa tujuan yang hendak anda raih di tahun ini? Kalau anda pelajar/ mahasiswa, tentukan tujuan atau standar prestasi yang benar-benar ingin anda raih. Kalau anda seorang karyawan, tentukan tujuan atau standar prestasi yang hendak anda wujudkan. Kalau anda seorang pengusaha, tentukan tujuan usaha anda yang lebih tinggi dari yang kemarin.

Banyak studi yang sudah mengungkap bahwa keoptimisan seseorang itu terkait dengan "internal value" dan "standard". Memiliki harapan optimistik tidak bisa dibuat-buat. Sejauh di dalam batin kita ada standar, ada sasaran atau tujuan yang benar-benar berarti buat kita dan benar-benar kita perjuangkan, maka secara otomatis harapan itu muncul. Seperti kata C.R. Synder, Ph.D, penulis buku "The Psychology of Hope", bahwa menentukan tujuan merupakan cara untuk membangkitkan harapan.

Kedua, ciptakan opini-diri yang bagus. Orang itu memang bermacam-macam. Terkait dengan opini-diri ini, ada orang yang meng-opini-kan dirinya sebagai orang lemah, tidak memiliki apa-apa, merasa tidak sanggup untuk merealisasikan tujuannya, merasa tidak punya alasan untuk berhasil, merasa tidak memiliki resource yang dibutuhkan, dan lain-lain. Ada juga orang yang berusaha meng-opini-kan dirinya sebagai orang kuat (warrior), merasa yakin dan mampu akan dapat mewujudkan tujuannya, merasa punya alasan yang kuat untuk berhasil, tahu apa yang harus dilakukan, tahu resource yang bisa digunakan, dan seterusnya.

Opini-diri mana yang lebih positif untuk kita miliki? Tentu saja yang kuat. Opini-diri yang kuat memang tidak otomatis dapat merealisasikan tujuan-tujuan atau sasaran yang kita buat. Tetapi perlu diingat, untuk merealisasikan tujuan itu dibutuhkan opini-diri yang bagus. Coba saja kita membiarkan opini-diri yang lemah, mana mungkin kita sanggup untuk sekedar punya harapan yang optimistik.

Jhon C. Maxwell pernah berpesan begini: "Ketika anda mengubah pikiran anda maka keyakinan anda akan berubah. Ketika anda mengubah keyakinan anda maka harapan anda berubah. Ketika anda mengubah harapan anda maka sikap anda akan berubah. Ketika anda mengubah sikap anda maka prilaku anda akan berubah. Ketika anda mengubah prilaku anda maka performansi anda akan berubah. Ketika anda mengubah performansi anda maka hidup anda akan berubah."

Ketiga, miliki sikap dan pandangan yang sehat tentang hidup ini. Konon, salah satu penyebab yang membuat orang gagal memiliki harapan optimistik adalah sikapnya yang kurang sehat. Bagaimana sikap dan pandangan yang kurang sehat itu? Salah satunya adalah ketika kita tidak bisa menerima kenyataan dengan berbagai macam warna-warninya (fakta kehidupan). Ketika kita tidak belajar menerima kehidupan ini seperti adanya untuk kita usahakan seperti yang kita inginkan, memang yang kerap terjadi malah membikin kita mudah terkena stress atau tekanan. Kalau sudah begini, harapan kita juga terancan. Tetaplah berharap akan adanya kehidupan yang lebih bagus tetapi juga harus mengakui dengan kesadaran akan fakta hidup yang ada: terkadang ada OK dan terkadang tidak OK.

Keempat, temukan model. Model yang dimaksudkan di sini adalah orang. Temukan orang yang kira-kira budaya hidupnya bisa anda contoh. Temukan orang yang kira-kira pendapatnya tentang diri anda dan dunia ini bisa membangkitkan anda. Temukan orang yang bisa meng-inspirasi anda. Saran Mark Twin, jangan mendekati orang yang ucapannya malah menghancurkan harapan anda (menggembosi). Jangan pula mencontoh orang yang tidak punya harapan optimistik apabila kita ingin punya harapan optimistik.

Orang seperti itu bisa orang yang anda di sekeliling anda, kenalan, atau orang yang anda kenal lewat karyanya saja. Di majalah Fast Company edisi 20 Desember 2006 ini, ada kalimat yang bagus untuk kita ingat. Kalimat itu bunyinya begini: "Often the most important people in our network are those who are acquaintances." Acquaintances itu belum menjadi friend apalagi close friend, tetapi kenalan. Intinya, kita tidak perlu pusing mencari model orang karena ada dimana-mana dan bisa siapa saja.

Kelima, tingkatkan keimanan. Salah satu esensi keimanan adalah adanya kesadaran bahwa kita ini "dimiliki" (being owned) oleh Tuhan atau munculnya perasaan "kebersamaan" dengan Tuhan. Semakin kuat keimanan itu, semakin kuat juga kesadaran itu dan rasa kebersamaan itu. Punya kesadaran yang kuat bahwa kita ini "dimiliki" akan membuat kita tidak mudah merasa sendirian atau merasa tidak memiliki siapa-siapa dalam menatap masa depan. "Keimanan", menurut kesimpulan Margo Jones, adalah prasyarat bagi semua usaha.

Sumber: Ubaydillah, AN

Kiat Menghadapi Persoalan Hidup


Kiat Menghadapi Persoalan Hidup

Hal yang pasti tidak akan luput dari hidup kita sehari-hari adalah apa yang disebut dengan "masalah"” atau persoalan hidup. Di mana pun, kapan pun, apa pun, dan dengan siapa pun, semuanya memungkinkan peluang munculnya masalah. Namun adaikata kita cermati dengan seksama, ternyata persoalan yang persis sama pun sikap orang akan berbeda-beda. Ada yang panik, goyah, kalut dan stress, tetapi ada pula yang menghadapinya dengan mantap, tenang bahkan menikmatinya.Ini berarti bahwa "masalah"”atau persoalan yang sesungguhnya bukan terletak pada persoalannya, melainkan pada sikap kita terhadap persoalan tersebut.

Oleh karena itu siapapun yang ingin menikmati hidup ini dengan baik, benar, indah dan bahagia adalah mutlak harus terus menerus meningkatkan ilmu dan ketrampilan dirinya dalam menghadapi aneka persoalan yang praktis akan terus meningkat kuantitas dan kualitasnnya seiring dengan pertambahan umur, tuntutan, harapan, kebutuhan cita-cita dan tanggung jawab. Kelalaian kita dalam menyadari pentingnya bersungguh-sungguh mencari ilmu tentang cara menghadapi hidup ini dan kemalasan kita dalam melatih dan mengevaluasi ketrampilan kita dalam menghadapi persoalan hidup ini hanya perpindahan kesengsaraan, penderitaan, kepahitan dan tentu saja kehinaan yang bertubi-tubi. Naudzubillah.

Berikut ini adalah 5 kiat yang dapat dijadikan standar dalam mengatasi persoalan hidup :

1. SIAP (Sebelum terjadi)

Siap apa? Siap menghadapi yang cocok dengan yang diinginkan dan sikap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan. Kita memang diharuskan memiliki keinginan, cita-cita, rencana yang benar dan wajar dalam hidup ini bahkan kita sangat dianjurkan untuk gigih ikhtiar mencapai apapun yang terbaik bagi dunia akhirat, semaksimal kemampuan yang Allah SWT berikan kepada kita.

Namun bersamaan dengan itu kita pun harus sadar sesadar-sadarnya bahwa kita hanyalah mahluk yang memiliki banyak keterbatasan untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan kemampuan kita. Dan dalam hidup ini ternyata sering kali atau bahkan lebih sering terjadi sesuatu yang tidak terjangkau oleh kita, yang diluar dugaan dan di luar kemampuan kita untuk mencegahnya, andaikata kita selalu terbenam tindakan yang salah dalam mensikapinya, maka betapa terbayangkan hari-hari akan berlalu penuh kekecewaan, penyesalan, keluh kesah, kedongkolan, hati yang galau, sungguh rugi padahal hidup hanya satu kali dan kejadian yang tidak didugapun pasti akan terjadi lagi. Ketahuilah kita punya rencana, Allah SWT pun punya rencana dan yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah SWT.

Yang lebih lucu dan menarik, yaitu kita sering marah dan kecewa dengan suatu kejadian namun setelah waktu berlalu ternyata "kejadian"”tersebut begitu menguntungkan dan membawa hikmah yang sangat besar dan bermanfaat, jauh lebih baik dari apa yang diharapkans sebelumnya.Oleh karena itu, "fa idzaa azamta fa tawaqqal alallah"’ bulatkan tekad, sempurnakan ikhtiar namun hati harus tetap menyerahkan segala keputusan dan kejadian terbaik kepada Allah SWT, dan siapkan mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu Allah SWT.

2. RIDHO (Bila sudah terjadi)

Siap menghadapi apapun yang akan terjadi dan bila terjadi maka satu-satunya langkah awal yang harus kita lakukan dengan mengolah hati kita agar ridho/rela dengan kenyataan yang ada. Karena walaupun dongkol, uring-uringan, kecewa berat tetap saja kenyataan sudah terjadi. Pendek kata ridho tidak ridho kejadian tetap sudah terjadi, maka lebih baik hati kita ridho saja menerimanya.

Misalkan kita sedang jalan-jalan tiba-tiba ada batu kecil nyasar entah dari mana dan mendarat tepat di kening kita, maka hati kita harus ridho karena ridho tidak ridho pun tetap benjol. Tentu saja ridho/rela terhadap sesuatu kejadian bukan berarti pasrah total sehingga tidak bertindak apapun. Itu adalah pengertian yang keliru. Pasrah / ridho itu hanya amalan hati kita menerima kenyataan yang ada, tapi pikiran dan tubuh kita wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang diridhoi Allah SWT dan kondisi hati yang tenang / ridho sangat membantu menjadikan proses ikhtiar menjadi positif, optimal dan bermutu.

3. JANGAN MEMPERSULIT DIRI

Andaikata kita mau jujur, sesungguhnya kita ini paling hobi mengarang, mendramatisir dan mempersulit diri, sebagian penderitaan kita adalah hasil dramatisasi perasaan dan pikiran sendiri. Selain tidak pada tempatnya, hal ini juga pasti membuat masalah akan menjadi lebih besar, lebih seram, lebih dahsyat, lebih pahit, lebih gawat, lebih pilu daripada kenyataan aslinya dan tentu saja ujungnya akan terasa jauh lebih nelangsa atau lebih repot dalam menghadapinya / menyelesaikannya.

Maka dengan menghadapi persoalan apapun jangan hanyut tenggelam dalam pikiran yang salah. Kita harus tenang, menguasai diri, renungkanlah janji dan jaminan pertolongan Allah SWT, dan bukanlah kita sudah sering melalui masa-masa yang sangat sulit dan ternyata bisa lolos pada akhirnya, tidak segawat yang kita perkirakan sebelumnya. Jadi hal yang harus kita lakukan untuk menghadapi persoalan hidup adalah :

Yakinlah bahwa Allah SWT Yang Maha Tahu segalanya pasti telah mengukur ujian yang menimpa kita sesuai dengan dosis yang tepat dengan keadaan dan kemampuan kita, karena Dia tahu persis diri kita lebih tau daripada diri kita sendiri. Allah SWT tidak akan membebani seseorang keculai dengan kesanggupannya. Maha suci Allah dari perbuatan mendzalimi hamba-hamba- Nya.

Yakinlah bahwa setiap kesulitan itu selalu didampingi kemudahan, "karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (Al-Insyiroh 5-6). Sampai dua kali Allah SWT mengutarakan janji-Nya. Tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus kesulitan karena dunia ini bukan neraka, begitupun tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus kelapangan dan kemudahan karena dunia ini bukan surga, segalanya pasti akan ada akhirnya, dan dapat diputar dengan keadilan Allah SWT.

4. EVALUASI DIRI

Kehatuilah hidup ini bagai gaung di pegunungan, apa yang kita bunyikan, suara itu pulalah yang akan kembali kepada kita, artinya segala yang terjadi pada kita adalah buah dari apa yang kita lakukan. "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar / seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan lihat balasannya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun niscaya dia akan melihat balasannya."” (QS Al-Zalzalah 7-8). Allah SWT Maha Peka terhadap keadilan-Nya, tidak akan meleset. Siapapun yang berbuat sekecil apapun kebaikan dan setersembunyi apapun, niscaya Allah SWT akan membalas berlipat ganda dengan aneka bentuk yang terbaik menurut-Nya dan sebaliknya kedzaliman sehalus apapun yang kita lakukan yang tampaknya seperti mendzalimi orang lain, sesungguhnya kita sedang mengundang bencana balasan dari Allah SWT.

Andaikata ada batu yang menghantam kening kita, selain hati harus riho, kita pun harus merenung, mengapa Allah melimpahkan batu ini tepat ke kening kita, padahal lapangan begitu luas dan kepalapun begitu luas? Biasa jadi semua ini adalah peringatan, bahwa kita lalai dalam mengingat-Nya! Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, pasti segalanya ada hikmahnya. Jadikanlah setiap masalah menjadi sarana efektif untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri, akrena hal itulah yang menjadi keuntungan bagi diri kita dan menjaga pengundang pertolongan Allah SWT.

5. YAKINLAH BAHWA HANYA ALLAH-LAH SATU-SATUNYA PENOLONG

Sesungguhnya tidaka akan terjadi sesuatu kecuali dengan izin Allah SWT. Baik itu berupa musibah maupun berupa nikmat. Walaupun jin dan manusia seluruhnya akan mencelakakan kita, demi Allah tidak akan jatuh satu helai rambutpun tanpa izin-Nya. Begitupun sebaliknya walaupun bergabung jin dan manusia menjanjikan akan menolong atau memberi sesuatu, tidak akan pernah datang satu persen pun tanpa izin-Nya.

Mati-matian kita ikhtiar dan meminta bantuan siapapun, tanpa izin-Nya tak akan pernah terjadi yang kita harapkan. Maka sebodoh-bodoh kita adalah orang yang paling berharap dan takut kepada selain Allah SWT. Itulah biang kesengsaraan dan biang menjauhnya pertolongan Allah SWT. Terimalah ucapan selamat berbahagia, bagi saudaa-saudaraku yang taat kepada Allah SWT. Semakin tat lagi ketika diberi kesusahan dan kesenangan, shalat terjaga, akhlak mulia, dermawan, ahti bersih dan larut dalam amalan-amalan yang disukai Allah SWT.

Insya Allah, masalah yang ada akan semakin menjadi jalan pendidikan dari Allah yang akan semakin mematangkan diri, mendewasakan, menambah ilmu, meluaskan pengalaman, melipatgandakan ganjaran dan menjadikan hidup ini jauh lebih bermutu, mulia dan terhormat dunia akhirat. Dan semoga amal ibadah kita diterima di sisi Allah SWT, selalu diberi petunjuk dan perlindungan- Nya. Amin.

Sumber: dikutip dari AA Gym

Memecahkan Rekor


Memecahkan Rekor

Setiap orang yang berhasrat besar untuk menjadi manusia yang lebih baik perlu merenungkan kata-kata Stuart B. Johnson berikut ini: "Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini."

Dalam era hiper kompetisi dewasa ini, bagaimana kita memahami kalimat yang demikian itu? Bukankah kita harus bersaing dengan orang lain, dengan siapa saja yang berusaha mengalahkan kita? Jika demikian cara berpikir kita, maka cerita yang dikirim seorang kawan berikut ini mungkin menarik untuk menjadi bahan renungan.

Lompatan Si Belalang...

Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yang cerdik. Belalang muda ini adalah belalang yang lompatannya paling tinggi di antara sesama belalang yang lainnya. Belalang muda ini sangat membanggakan kemampuan lompatannya ini. Sehari-harinya belalang tersebut melompat dari atas tanah ke dahan-dahan pohon yang tinggi, dan kemudian makan daun-daunan yang ada di atas pohon tersebut. Dari atas pohon tersebut belalang dapat melihat satu desa di kejauhan yang kelihatannya indah dan sejuk. Timbul satu keinginan di dalam hatinya untuk suatu saat dapat pergi ke sana.

Suatu hari, saat yang dinantikan itu tibalah. Teman setianya, seekor burung merpati, mengajaknya untuk terbang dan pergi ke desa tersebut. Dengan semangat yang meluap-luap, kedua binatang itu pergi bersama ke desa tersebut. Setelah mendarat mereka mulai berjalan-jalan melihat keindahan desa itu. Akhirnya mereka sampai di suatu taman yang indah berpagar tinggi, yang dijaga oleh seekor anjing besar. Belalang itu bertanya kepada anjing, "Siapakah kamu, dan apa yang kamu lakukan di sini?"

"Aku adalah anjing penjaga taman ini. Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing terbaik di desa ini," jawab anjing dengan sombongnya.

Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi, "Hmm, tidak semua binatang bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa mengalahkanmu. Aku menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling tinggi diantara kita."

"Baik," jawab si anjing. "Di depan sana ada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah yang bisa melompati pagar tersebut."

Keduanya lalu berbarengan menuju ke pagar tersebut. Kesempatan pertama adalah si anjing. Setelah mengambil ancang-ancang, anjing itu lalu berlari dengan kencang, melompat, dan berhasil melompati pagar yang setinggi orang dewasa tersebut tersebut. Kesempatan berikutnya adalah si belalang muda. Dengan sekuat tenaga belalang tersebut melompat. Namun, ternyata kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi pagar tersebut, dan kemudian belalang itu jatuh kembali ke tempatnya semula. Dia lalu mencoba melompat lagi dan melompat lagi, namun ternyata gagal pula.

Si anjing lalu menghampiri belalang dan sambil tertawa berkata, "Nah, belalang, apa lagi yang mau kamu katakan sekarang? Kamu sudah kalah."

"Belum," jawab si belalang. "Tantangan pertama tadi kamu yang menentukan. Beranikah kamu sekarang jika saya yang menentukan tantangan kedua?"

"Apa pun tantangan itu, aku siap," tukas si anjing.

Belalang lalu berkata lagi, "Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat di tempat. Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, tapi diukur dari lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya."

Anjing kembali yang mencoba pertama kali. Dari hasil lompatannya, ternyata anjing berhasil melompat setinggi empat kali tinggi tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang. Lompatan belalang hanya setinggi setengah dari lompatan anjing, namun ketinggian lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali tinggi tubuhnya. Dan belalang pun menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing menghampiri belalang dengan rasa kagum.

"Hebat. Kamu menjadi pemenang untuk perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya belum ada. Kita masih harus mengadakan lomba ketiga," kata si anjing.

"Tidak perlu," jawab si belalang. "Karena, pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang kita adakan adalah mereka yang menentukan standar perlombaannya. Pada saat lomba pertama kamu yang menentukan standar perlombaannya dan kamu yang menang. Demikian pula lomba kedua saya yang menentukan, saya pula yang menang." "Intinya adalah, kamu dan saya mempunyai potensi dan standar yang berbeda tentang kemenangan. Adalah tidak bijaksana membandingkan potensi kita dengan yang lain. Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi yang kamu miliki, kamu bisa melampaui standar dirimu sendiri. Iya nggak sih?"

Cerita sederhana di atas pernah membuat saya malu pada diri sendiri. Ketika masih berumur awal 30-an tahun, betapa sering saya membanding-bandingkan diri saya dengan orang lain. Membandingkan antara profesi saya dengan profesi si Anu, antara pendapatan saya dan pendapatan si Banu, antara mobil saya dengan mobil si Canu, antara kesuksesan saya dengan kesuksesan si Danu, dan seterusnya. Hasilnya? Ada kalanya muncul perasaan-perasaan negatif, seperti iri hati atau kecewa pada diri sendiri, yang menganiaya rasa syukur atas kehidupan. Namun kala yang lain muncul juga semacam motivasi untuk bisa lebih maju dan berusaha lebih tekun agar bisa melampaui orang lain (pesaing?).

Belakangan, saya menemukan cara bersaing yang lebih cocok untuk diri sendiri. Saya mulai mengukur kemajuan saya tahun ini berdasarkan prestasi saya tahun kemarin. Saya tetapkan bahwa tahun ini saya harus lebih sehat dari tahun kemarin; pendapatan dan sumbangan tahun ini diupayakan lebih tinggi dari tahun lalu; pengetahuan yang disebarkan tahun ini ditingkatkan dari tahun silam; relasi dan tali silahturahmi juga direntangkan lebih lebar; kualitas ibadah diperdalam; perbuatan baik dipersering; dan seterusnya. Dengan cara ini, saya ternyata lebih mampu mengatasi penyakit-penyakit seperti iri hati, dengki, dan rasa kecewa pada diri. Berlomba untuk memecahkan rekor pribadi yang baru, melampaui rekor yang tercapai di masa lalu, ternyata menimbulkan keasyikan dan rasa syukur yang membahagiakan.

Mungkin benar kata orang bijak dulu: kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain, melainkan kemenangan atas hawa nafsu diri sendiri. Setujukah?

Tabik Mahardika! [aha]

Sumber: Memecahkan Rekor oleh Andrias Harefa

2007-08-04

Ilmu yang Sia-sia


Ilmu yang Sia-sia

Setiap manusia tentunya telah banyak mengetahui berbagai hal dalam kehidupan ini. Kita adalah orang-orang pintar dan berilmu tinggi. Kita mengetahui ilmu mengenai kejujuran, kekonsistenan, kesabaran, kemauan untuk belajar dan bekerja keras, tentang disiplin, tentang pentingnya manajemen waktu, tentang pentingnya berjamaah dll. Namun satu kekurangan kita. Dan itu adalah kekurangan yang berakibat fatal. Apakah itu? kekurangan itu adalah ketidakmampuan dalam mengaplikasikan semua ilmu itu dalam kehidupan nyata.

Praktek, itulah yang harus kita laksanakan. Dan ternyata itu tidak mudah. Banyak sekali orang terpukau dengan kata-kata kita tentang kesuksesan, tentang perjuangan dll. Tapi keterpukauan itu hanya sementara saja, karena pada kenyataannya kita tidaklah seperti kata-kata kita sendiri. Mudah sekali memang untuk berkata, tapi pelaksanaan itu lebih penting dari sekedar berkata-kata. Salah satu kunci sukses adalah kita banyak mengetahui berbagai ilmu yang bermanfaat dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan secara nyata. Sehingga akan terlihat jelas hasilnya.

Itulah yang sering terjadi, begitu banyak buku kita beli, begitu banyak ilmu yang kita serap, begitu banyak kita kursus, sekolah sampai menjadi sarjana dan bergelar tinggi. Namun apa hasilnya? Kita mengetahui tentang meruginya manusia terhadap waktu pada saat kita bermain game, bercanda, malas-malasan. Kita mengetahui tentang pentingnya bersikap santun kepada orang lain pada saat kita mengejek orang lain, kita mengetahui bahaya merokok pada saat kita merokok, bahkan kita mengetahui bahwa meninggalkan sholat itu berdosa bahkan bisa dianggap kafir pada saat kita meninggalkan shalat.

Orang yang paling bodoh adalah orang yang mengetahui sesuatu yang baik tapi tidak melaksanakan, mengetahui sesuatu itu buruk tapi malah dikerjakan. Ini adalah hal yang nyata terjadi di tengah-tengah kita.

Oleh: Martha Yoga, kontributor. Artikel Motivasi Islami.

5 Cinta Yang Patut Dihindari


5 Cinta Yang Patut Dihindari

Suatu ketika Anda jatuh cinta tapi bisakah perasaan cinta Anda di pertanggungjawabkan ?

1. Anda mencintainya tapi Anda sudah terikat

McMahon mengatakan meninggalkan satu orang yang Anda cintai dan memilih yang lain bisa saja menjadi pilihan yang terbaik dan bisa juga menjadi pilihan yang terburuk. "Tergantung bagaimana hubungan dengan pasangan Anda saat ini, perasaan cinta terhadap yang lain selalu berarti bendera merah. Karena berarti selalu ada yang salah dengan apa yang sudah Anda lakukan selama ini." Jadi sebaiknya lihatlah hubungan anda dengan pasangan dan bersikaplah jujur.

2. Anda mencintainya dan langsung ke pelaminan

Ibarat Cinderella, baru semenit bertemu Anda sudah ingin terbang bersamanya ke penghulu. Benarkah ini suatu yang romantis atau suatu kegilaan ? "Kala Anda bertemu dengan seseorang pertama kali dan yang benar-benar Anda sukai, tubuh Anda akan mengalir hormon kebahagiaan dan ini akan benar-benar menerbangkan semua pertimbangan anda," terang McMahon.

"Sebaiknya uji motivasi Anda, terkadang salah satu pasangan Anda mencoba mendorong pasangannya menuju pernikahan sebab ia takut pasangannya akan meninggalkan dirinya." Pasangan lain melakukan hal ini karena merasa mereka tidak dapat bertahan pada hubungan yang biasa saja. Namun demikian, mereka akan menghadapi kenyataan sesungguhnya. Mereka akan menjumpai bahwa sangat sulit menjalani pernikahan yang terburu-buru ini. "Harus ada fondasi yang kuat untuk menikah," lanjut Walton. "Saya selalu menanyakan, 'Mengapa harus terbur-buru?' dan mendorong mereka untuk mengambil waktu lebih lama lagi sebelum bertindak."

3. Anda mencintainya, tapi dia menyimpan rahasia buruk

Susi (35), seorang designer web yang sukses, jatuh cinta pada malik. Tetapi Malik, yan sudah setahun ini menganggur, tak memperlakukan Susi dngan baik. "Dia bisa sangat menakjubkan, " terang Susi, "Tetapi ketika mabuk atau mengalami depresi, yang sering kali terjadi, dia berubah menjadi sangat mengerikan. Dia suka memaki, mendorong, bahkan memukul saya. Meski ia selalu meminta maaf sesudahnya.".

Cinta demikian adalah cinta yang berbahaya. "Padahal Anda selalu punya pilihan. Hanya karena Anda cinta padanya, tak berarti anda harus terus menjalani kehidupan demikian. Lihatlah kembali emosi Anda. Jika emosi mengarahkan Anda untuk melawan perasaan, maka Anda bisa mengabaikannya. "

4. Anda mencintainya tapi dia jauh

Anda tak ingin menyesal kan? Jadi pikirkan konsekuensinya. Pikirkan selalu tentang apa yang akan Anda lakukan jika pada akhirnya perasaan Anda berbalik menjadi sebuah kesalahan. Orang yang benar-benar mencintai anda akan mendorong Anda untuk bersikap bijaksana. Jika anda justru menyerahkan kehidupan Anda sepenuhnya pada mereka, mereka adalah jenis orang-orang yang suka mengontrol.

5. Anda mencintainya tapi dia sudah terikat

Menurut Walton, jarang orang jatuh cinta pada orang yang benar-benar berkomitmen baik pada hubungan dengan pasangannya. Cinta pertama kita biasanya tidak pada orang yang kita nikahi. Kita juga tidak selalu dapat menyelesaikan hubungan sebelum ketemu yang baru. Sebaiknya minta untuk mengakhiri hubungannya dulu dengan pasangannya sebelum Anda pergi keluar bersamanya. Memang tak ada perpisahan yang dapat dilakukan tanpa kepedihan, tetapi setidaknya mereka telah bersikap jujur.

Tip Menghindari Stress


Tip Menghindari Stres

Pola kehidupan modern yang begitu banyak tantangan tak jarang menyebabkan manusia stres. Stres adalah suatu respon non-specifik dari tubuh terhadap tuntutan atau tantangan.

Bagaimana menghindari stres? Inilah caranya.

1. Makanlah makanan bergizi.
Tubuh anda membutuhkan makanan-makanan bergizi. Ingatlah bahwa segala macam penyakit sebetulnya bermula dari apa yang anda makan.

2. Berolah raga secara teratur.
Berolah raga secara teratur akan membantu kelancaran metabolisme tubuh anda.

3. Hentikan mencari kekurangan pada diri sendiri

4. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain

5. Jangan membenci orang lain

6. Lupakan pengalaman pahit masa lalu

7. Cintai pekerjaan anda sehari-hari.
Jangan mengerjakan sesuatu pekerjaan anda sebagai kewajiban karena itu akan membebani anda. Yang ideal adalah bekerja pada tempat atau bidang yang di sukai karena hal itu membuat anda senang melakukan pekerjaan tersebut.

8. Cari kesibukan yang berguna

9. Bangkitkan sikap mental yang positif

10. Buat keputusan yang mantap dan tegas, jangan ragu-ragu.

11. Lakukan apa yang menjadi hobi kesukaan anda.

12. Katakan sesuatu dengan rasa penuh humor.

13. Bagilah waktu dengan seimbang.
Luangkan waktu untuk istirahat dan rekreasi.

14. Lakukanlah ibadah dan dekatkan diri pada Tuhan.

15.Sebagai pelengkap anda bisa melakukan meditasi, yoga atau pertemuan kelompok.

Sumber: majalah kartini th 2002

Tips agar jadi orang SUKSES dari A sampai Z


Tips agar jadi orang SUKSES dari A sampai Z

Ini adalah sebuah artikel menarik tentang "Tips jadi orang sukses dari A sampai Z" dari kiriman seorang rekan. Berikut ini artikelnya.

Menurut pakarnya, manusia sukses tidak cuma dari IQ saja.

Peran EQ (Emotional Intelligence) pada kesuksesan bahkan melebihi porsi IQ. Seorang pakar EQ bernama Patricia Patton memberikan tips bagaimana kita menemukan dan memupuk harga diri, yang disebutnya alfabet keberhasilan pribadi.

Yuk kita lihat apa maksudnya :

A : Accept.
Terimalah diri Anda sebagaimana adanya. B : Believe.
Percayalah terhadap kemampuan Anda untuk meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.

C : Care.
Pedulilah pada kemampuan Anda meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.

D : Direct.
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.

E : Earn.
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang lebih baik

F : Face.
Hadapi masalah dengan benar dan yakin.

G : Go.
Berangkatlah dari kebenaran.

H : Homework.
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.

I : Ignore.
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan Anda mencapai tujuan.

J : Jealously.
Rasa iri dapat membuat Anda tidak menghargai kelebihan Anda sendiri.

K : Keep.
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.

L : Learn.
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

M : Mind.
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.

N : Never.
Jangan terlibat skAndal seks, obat terlarang, dan alkohol.

O : Observe.
Amatilah segala hal di sekeliling Anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.

P : Patience.
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat Anda terus berusaha.

Q : Question.
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.

R : Respect.
Hargai diri sendiri dan juga orang lain.

S : Self confidence, self esteem, self respect.
Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita dari saat-saat tegang.

T : Take.
Bertanggung jawab pada setiap tindakan Anda.

U : Understand.
Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan Anda.

V : Value.
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang lebih baik tiap saat.

W : Work.
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.

X : X'tra.
Usaha lebih keras membawa keberhasilan.

Y : You.
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.

Z : Zero.
Usaha nol membawa hasil nol pula

Tips dan Trik

Search This Blog