2009-11-04

Pentingnya Membangun Relasi dalam Hidup


Dalam menjani kehidupan setiap hari, baik di lingkungan tempat tinggal., di lingkungan kerja atau dimanapan pun, setiap orang pastilah akan menjumpai orang lain, ada yang sudah kenal dan ada yang masih belum kita kenal sama sekali. Saya merasa dalam menjalani hidup ini begitu berat terutama dalam mencapai sesuatu tujuan yang paling saya inginkan, terkadang membuat hati dan pikiran kita buntu, rasanya hidup itu penuh dengan kesia-siaan.

Saya bertanya di dalam hati…” apa yang belum saya lakukan untuk diri saya supaya saya lebih mudah mencapai tujuanku..?

Disaat bekerja karena saya kebetulan bekerja di sebuah perusahaan “spare part automotive” jadi pekerjaanku setiap hari, kadang berat kadang ringan, supaya saya tetap semangat bekerja saya selalu memikirkan tentang sesuatu hal yang paling bermampaat tentang hidup saya “ karena saya punya prinsif “ perubahan hidup ada ditangan saya sendiri, dan tidak ada orang lain yang mau dengan suka rela merubah hidupku” artinya diri kita sendirilah yang bertanggung jawab terhadap kemajuan hidup kita dan orang lain hanyalah pemberi dukungan. disaat seperti ini muncul suatu jawabannya yaitu “saya kurang membangun ralasi dengan orang lain untuk memberi dukungan kepada saya pribadi"

Kita tau bahwa hidup tanpa membangun relasi dengan orang lain tidak akan ada indahnya hidup ini, bisa berbagi, saling mendukung, bukan saling menjatuhkan, itulah yang bisa membuat kita bisa ketawa, semangat dalam menjalani hidup. “segudang uang tidak akan ada gunanya tanpa punya relasi dengan orang lain di dunia ini” maka saya merasa membangun relasi itu sangat …..sangat penting sekali.

Katakan "Terima Kasih"


Mungkin hal yang saat ini bisa anda lakukan adalah:

Bersikaplah ramah terhadap orang lain.
Perbanyak senyum (kepada orang lain).
Perbanyak pergaulan.
Perbanyak bicara positif.
Suka memuji.
Berani bertanggung jawab.
Bangga terhadap pekerjaan sendiri.
Bangga terhadap pencapaian diri sendiri.
Jangan khawatir, bersuka-rialah, dan lain-lain

Perilaku tersebut adalah hal-hal yang seringkali dipesankan oleh seorang ibu, jikalau beliau masih sehat walafiat, teleponlah beliau sekarang juga untuk berterima kasih kepadanya atas benih-benih proaktif yang ditanamnya di hati anda, saya percaya anda juga sama dengan saya, bersamaan dengan bertambahnya usia, secara perlahan-lahan menemukan kebijaksanaan ayah dan ibu.

Silakan anda sekarang juga mengekspresikan rasa terima kasih anda, mumpung anda sekarang masih bisa mengerjakannya.

Di bawah ini adalah sebuah pedoman pelaksanaan sikap untuk diterapkan:

Beberapa kata ini: “Maafkan saya.” diganti dengan beberapa kata ini: “Terima kasih!”

Jikalau ada orang membentak anda atau menyalahkan anda, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan atau orang lain, juga jangan berkata “Maafkan saya”, atau mengasihani diri sendiri. Asalkan berkata: “Terima Kasih!” sudah cukup.

Ketika ada orang membentak anda, apa yang biasa anda lakukan? Sebagian besar orang langsung membela diri sendiri, mendorong tanggung jawab kepada orang lain, bila tidak demikian ya cepat-cepat meminta maaf.

Jikalau anda telah menyiapkan sikap “Sangat bagus!”, maka tidak akan bereaksi seperti tersebut di atas.

Anda seharusnya berkata kepadanya: “Terima kasih, anda telah membuat saya mengetahui hal ini; sekarang saya sudah mengetahuinya, saya akan segera merubahnya!” Dalam perkataan anda dengan jelas telah menginformasikan semacam penyesalan yang bersifat terselubung, kehendak untuk berubah dan percaya diri yang tak terhingga. Melalui bentuk tindakan proaktif semacam ini, anda sudah menyatakan sikap anda.

”Maafkan saya!” hanyalah semacam kondisi emosional. Jikalau anda dari dasar hati beranggapan seperti itu, maka anda benar-benar akan meminta maaf tiada henti. Jikalau anda ingin ada sedikit perubahan, cukup berkata: “Terima kasih”, selain menyatakan anda telah menerima pendapat pihak lain, perkataan yang menguntit di belakangnya pasti mewujudkan anda mau melakukan sesuatu untuk merubah kondisi sekarang.

“Maafkan saya!” dan “Terima kasih!” perbedaan keduanya adalah: sikap “Sangat Bagus!”

Selain metode “Terima kasih”, anda bisa juga menggunakan cara lainnya: Mengajukan pertanyaan menyelidik. Akan tetapi sebelum anda bertanya, masih perlu berkata “Terima kasih”. Misalkan: “Terima kasih anda mengingatkan saya tentang hal ini, entah apakah anda berkenan memberitahu saya seharusnya bagaimana melakukannya dengan lebih baik, dengan demikian saya juga agak tahu sekarang ini terdapat skema penyelesaian terbaik yang manakah?”

Melalui dialog semacam ini, anda membuat pihak lain mempertimbangkan apa yang telah terjadi dan membangun sebuah model dialog yang bersifat konstruktif.

Tak peduli anda mengambil cara yang bagaimana, “terima kasih” beberapa suku kata ini jelas lebih kuat dibandingkan dengan “maafkan saya” Selain itu bisa membuat anda dalam 3 detik, merombak keadaan negatif menjadi kondisi lurus yang proaktif. Yang paling tak mengenakkan ialah, anda boleh mengajarkan cara tersebut kepada anak anda sendiri.

Disadur dari: Dewa Penjualan – pedoman kokoh tak terkalahkan dari Ji Te Ma/ diterbitkan oleh Shang Zhou /Jie Fo Rui/Ji Te Ma

Tips dan Trik

Search This Blog