Ketika Motivasi Mengalahkan Fisik
"Winning is about heart, not just legs. It's got to be in the right place." (Lance Armstrong)
Pekan ini, saya ingin mengajak Anda semua belajar tentang kekuatan motivasi superdahsyat. Sebuah motivasi yang mampu mematahkan vonis dokter ahli akan ketiadaan harapan. Justru dalam keadaan terpuruk dan seolah-olah tiada pertolongan lagi itulah, dia mampu menciptakan rekor balap sepeda dunia tujuh kali. Itulah Lance Armstrong yang kita bahas kali ini.
Sebelumnya, bayangkan dulu satu skenario ini. Anda sudah menggeluti olahraga sepeda ini sejak usia 13 tahun. Olahraga ini sudah khatam Anda jalani. Saat ini, karir olahraga Anda melejit. Beberapa perusahaan rebutan kontrak sponsorship dengan Anda. Dana mengucur deras ke kantong. Tapi, mendadak Anda harus terpaksa dirawat.
Usai menjalani diagnosis, Anda divonis kena kanker ganas dan sudah menjalar ke paru-paru dan otak Anda. Kata dokter, harapan hidup Anda tinggal 40%. Padahal, Anda baru berusia 25 tahun, usia produktif. Lalu apa yang bakal Anda lakukan? Menyerah, mundur dari olahraga, dan mengutuki Tuhan? Atau justru memacu Anda semakin bersemangat untuk menciptakan momen spektakuler dalam sisa waktu ini?
Nah, Lance Armstrong memilih langkah kedua. Inilah yang menjadikan dirinya manusia super dengan catatan rekor luar biasa. Bagaimana bisa? Kisahnya dimulai pada 1996 saat Lance Armstrong jadi pembalap tenar dan baru saja memenangi kejuaraan dunia balap sepeda. Langsung saja, sebuah kontrak senilai US$2,9 juta diberikan kepadanya dari sponsor Prancis. Namun, pada 2 Oktober 1996, dia diperiksa oleh dokter dan dinyatakan menderika kanker testis yang sudah menjalar hingga ke paru-paru serta otaknya. Kesimpulannya, kankernya ganas, harapan hidupnya tinggal 40%, dan kesehatannya makin menurun. Dia pun disarankan banyak istirahat dan berhenti dari latihan fisik.
Lance Armstrong bukan orang yang patah arang. Dia tetap menjalankan latihannya untuk membuktikan masih banyak yang mampu diraihnya. Dia setia menjalani kemoterapi. Setelah dinyatakan berangsur membaik, Lance Armstrong kembali dengan latihannya, mulai dari latihan sederhananya karena berat badannya turun drastis. Namun belakangan, penurunan berat badan ini menjadi keuntungannya untuk mengikuti turnamen. Akhirnya, saat latihan di trail Blue Rider Mountain, Lance memotivasi dirinya sendiri untuk menciptakan rekor lebih tinggi. Dia meyakini akan sanggup meraihnya.
Intuisinya terbukti pada 1999 saat dia mulai kembali bertanding. Kali ini dalam acara Tour de France yang sangat prestisius. Mula- mula, lajunya lambat dan dia membiarkan orang lain memimpin lebih dulu. Di pertengahan Gunung Alpen, di tengah hujan yang dingin itulah, akhirnya Lance menyalip cepat pembalap yang berada di urutan terdepan. Dan untuk pertama kalinya, dia menjuarai Tour de France. Orang berpikir, inilah tonggak sejarah yang ingin diciptakan oleh Lance Armstrong dan dia akan berhenti setelah itu. Ternyata tidak. Justru karirnya masih terus melaju, bahkan dia memenangi enam kali berturut-turut lomba Tour de France. Lebih dari itu, berbagai penghargaan juga diraihnya, seperti sport personality terbaik.
Faktor kekuatan
Apakah yang bisa kita pelajari dari Lance Armstrong? Ada banyak hal. Pertama, tentunya soal kekuatan motivasi yang mengalahkan kekuatan fisik. Seperti yang terjadi pada Lance Armstrong yang berangsur sembuh berkat motivasinya yang gigih, begitu pula banyak dokter menemukan bahwa pasien dengan motivasi sembuh yang luar biasa akan punya peluang sembuh yang lebih besar. Hal ini juga pernah dilakoni oleh tokoh Bruce Lee yang setelah divonis mengalami keretakan fisik lantaran latihannya yang gila-gilaan, justru semakin termotivasi untuk sembuh. Akhirnya, bisa kembali latihan bahkan dengan skills yang lebih dahsyat. Inilah kekuatan motivasi yang sanggup mengalahkan rintangan fisik.
Kedua, Lance Armstrong mengajari kita untuk tidak perlu meratapi masalah. Tapi, melihat sisi lain dari masalah itu. Saat divonis dokternya dengan kanker, Lance Armstrong tidak meratapi dirinya dan menyesali diri, tetapi dia justru bangkit dengan kekuatan berlipat. Inilah yang akhirnya membuat dia masih mampu menciptakan enam rekor Tour de France. Coba bandingkan dengan kebanyakan dari kita yang saat menghadapi masalah justru berhenti, mundur, meratapi diri, atau pun menyalahkan orang lain atau bahkan Tuhan.
Ketiga, Lance Armstrong mengingatkan bahwa dalam diri ada kekuatan api motivasi luar biasa yang kadang-kadang tidak kita sadari. Seringkali, dengan berbagai cobaan dan tantangan, justru api itu semakin menyala. Demikianlah rintangan dan cobaan kadang bisa menjadi cara Tuhan 'memberi tahu' betapa mulia dan dahsyatnya kekuatan yang ada pada diri kita. Hal ini seharusnya membuat kita yang normal, sehat, dan memiliki kehidupan bagus, semakin termotivasi. Sayangnya, kadang-kadang ketika segalanya berjalan baik, motivasi kita justru melempem. Memang menjadi pertanyaan kita kalau Lance tidak kena kanker, apakah dia akan enam kali menjadi juara Tour de France.
Mari kita renungkan lagi kalimat Lance yang menarik, "Segalanya mungkin. Anda boleh dibilang berpeluang 90% atau 50% atau pun 1%. Tapi, yang penting Anda harus tetap percaya dan Anda harus tetap berjuang!"
Sumber: Ketika Motivasi Mengalahkan Fisik oleh Anthony Dio Martin
From:resonansi(at)yahoogroups.com
mengapa tidak:)
ReplyDelete